Jakarta – Gibran Rakabuming Raka menghadiri pertemuan dengan Komunitas Anak Muda Pecinta AI pada 1 Maret 2025. Dalam kesempatan tersebut, Gibran menekankan pentingnya peran teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), dalam memajukan bangsa. Ia mengapresiasi semangat generasi muda dalam mengembangkan AI, terutama di sektor-sektor strategis seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan industri kreatif.
Gibran juga menyoroti potensi besar AI dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Menurut laporan “Agenda Peluang Kecerdasan Artifisial untuk Indonesia Emas 2045” oleh Google, pemanfaatan AI dapat meningkatkan keunggulan ekonomi Indonesia hingga Rp2.612 triliun pada 2030, setara dengan hampir 13% PDB Indonesia pada 2022.
“AI bukan hanya tentang teknologi canggih, tetapi juga bagaimana dapat menjadi alat untuk mempermudah akses bagi masyarakat, alat pencari referensi mendalam tentang berbagai disiplin ilmu, hingga membantu penyelesaian masalah nyata di masyarakat,” tulis siaran pers dari Kantor Sekretariat Wakil Presiden, seperti dikutip Sabtu (1/3/2025).
Selain itu, Gibran mengungkapkan rencana NVIDIA, perusahaan teknologi multinasional asal Amerika Serikat, untuk membuka sekolah khusus pengembangan AI di Solo, Jawa Tengah. Ia mendorong generasi muda memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan keterampilan di bidang teknologi.
Dalam upaya mempersiapkan Indonesia menuju era digital, Gibran juga telah meminta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah untuk mempertimbangkan penambahan mata pelajaran coding dan AI di tingkat SD dan SMP. Langkah ini diharapkan dapat membekali generasi muda dengan keterampilan yang relevan untuk bersaing di dunia global.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, komunitas, dan dunia pendidikan, Gibran optimis bahwa Indonesia dapat menciptakan masyarakat digital yang cerdas, beretika, dan bertanggung jawab, sehingga mampu memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa.
Antusiasme Anak Muda terhadap AI
Sejalan dengan pandangan Wakil Presiden, salah satu peserta audiensi dari komunitas AICO, Tommy Teja, menyoroti meningkatnya minat generasi muda terhadap kecerdasan buatan (AI) di Indonesia. Meskipun AI masih tergolong baru di tanah air, antusiasme terhadap teknologi ini terus berkembang, khususnya di kalangan anak muda.
“Kami awalnya melihat ada skeptisisme, seolah AI masih terlalu baru bagi masyarakat Indonesia. Namun, ketika kami membangun komunitas ini, ternyata banyak yang sangat antusias, terutama generasi muda,” ungkap Tommy.
Sebagai komunitas AI terbesar di Indonesia saat ini, AICO berkomitmen mendukung visi pemerintah dalam memanfaatkan AI untuk kemajuan bangsa. Salah satu langkah nyata yang mereka lakukan adalah melalui program Giving Back, sebuah inisiatif nasional yang mengajarkan dasar-dasar AI kepada anak-anak di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Dalam diskusi tersebut, Rizaldi Sistiabudi dari AI Faculty Universitas Pelita Harapan (UPH) menekankan pentingnya pendidikan AI di perguruan tinggi. Sementara itu, Rizky Fahmi dari Solusi Remaja AI menyoroti kebutuhan siswa SMA dalam memahami teknologi AI.
Pada aspek geopolitik, Gusti Ayu membahas penerapan Behavioural Science dalam pengembangan AI. Nikolaus Adrian Wicaksono memperkenalkan karya seni berbasis AI sebagai sarana ekspresi kreatif.
Di bidang identitas digital, Wafa Taftazani dari Tools of Humanity.com memaparkan teknologi World AI Eye Scanner, yang berfungsi sebagai sistem verifikasi berbasis biometrik. Sementara itu, Brillian Fairiandi menampilkan karya kreatif berupa foto dan video AI bertemakan Jakarta Bersalju, yang menggambarkan bagaimana AI dapat digunakan untuk menciptakan visual unik dan inovatif.