Manyala.co – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegur seorang siswi SMA dan ibunya yang bersikeras menginginkan acara perpisahan sekolah, meski kondisi keuangan mereka terbatas. Momen ini terjadi saat Dedi bertemu warga korban penggusuran di Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi. Seperti diketahui, Pemprov Jawa Barat sebelumnya membongkar ratusan rumah liar di bantaran Kali Cikarang Bekasi Laut, termasuk rumah keluarga siswi tersebut.
Dalam pertemuan yang diunggah di YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel pada Sabtu (26/4/2025), siswi yang baru lulus SMA itu menyuarakan keinginannya agar acara perpisahan tetap diadakan, meski dengan biaya lebih ringan agar semua siswa bisa merasakan momen kelulusan.
Namun, Dedi mengingatkan bahwa acara perpisahan seringkali menjadi beban finansial bagi orang tua, bahkan tak jarang membuat mereka harus berutang. Siswi itu mengakui biaya perpisahan membebani keluarganya, tapi tetap berharap momen tersebut bisa tetap dirasakan.
“Ngerasain perpisahan, duit dari mana?” tanya Dedi.
“Orang tua,” jawab si siswi.
“Membebani, nggak?” lanjut Dedi.
“Iya, membebani, Pak,” sahutnya.
Saat diminta merinci biaya perpisahan saat SMP, gadis itu menyebut angka sekitar Rp1 juta. Sementara sang ibu, yang menemani, mengungkapkan bahwa mereka hidup dengan ekonomi pas-pasan: sang ibu hanya seorang ibu rumah tangga, sementara sang ayah berjualan botol kaca untuk bensin eceran.
Walau hidup sederhana, sang ibu mengaku rela mengeluarkan uang untuk acara perpisahan ketimbang menabung untuk membeli rumah, demi memberikan kenangan berharga untuk anaknya.
Ketika Dedi bertanya, “Ibu lebih pilih mana, perpisahan bayar atau perpisahan dilarang tanpa biaya?”
Sang ibu menjawab, “Kalau untuk mental anak, lebih setuju yang bayar.”
Mendengar jawaban itu, Dedi menyentil pola pikir keluarga tersebut.
“Ibu rumah saja nggak punya?” sindirnya.
“Iya, Pak. Tapi demi anak saya, nggak apa-apa,” jawab sang ibu.
Dedi lalu menegaskan pentingnya orang tua untuk memprioritaskan kebutuhan pokok seperti tempat tinggal yang layak, daripada mengutamakan gaya hidup yang tidak sesuai kemampuan.
“Demi anak, seharusnya jangan tinggal di bantaran sungai. Rumah saja belum punya, kenapa gaya hidupnya selangit?” tegas Dedi sambil mengangkat tangannya ke atas. “Ini pola pikir yang harus diubah,” tambahnya.
Sejak dilantik menjadi Gubernur Jawa Barat pada 20 Februari 2025, Dedi memang dikenal aktif menolak tradisi perpisahan dan study tour di sekolah-sekolah. Baginya, kegiatan tersebut lebih banyak menambah beban keuangan orang tua. Bahkan, di hari pertamanya menjabat, ia langsung mencopot Kepala Sekolah SMAN 6 Depok karena tetap mengadakan study tour ke luar provinsi.