Unilever Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan signifikan yang mempengaruhi kinerja keuangan dan pangsa pasarnya. Faktor-faktor seperti perubahan preferensi konsumen, persaingan ketat dengan merek lokal, dan dampak kampanye boikot terkait isu geopolitik telah berkontribusi pada penurunan performa perusahaan.
Laporan keuangan kuartal ketiga 2024 menunjukkan penurunan pendapatan sebesar 18%, yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan volume penjualan. CEO Unilever, Hein Schumacher, mengakui adanya “masalah yang sudah berlangsung lama” di Indonesia dan menekankan perlunya intervensi signifikan untuk mengatasi tantangan tersebut.
Sebagai respons, Unilever Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Direktur Benjie Yap, telah mengadopsi langkah-langkah transformasi strategis. Langkah-langkah ini mencakup restrukturisasi operasional untuk meningkatkan efisiensi, penerapan sistem distribusi baru untuk menstabilkan harga, dan pemanfaatan data untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tren konsumen.
Meskipun langkah-langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi Unilever di pasar barang konsumsi cepat saji (FMCG), tantangan yang dihadapi perusahaan tetap signifikan. Persaingan dengan merek lokal yang menawarkan produk dengan harga lebih terjangkau dan preferensi konsumen yang berubah memerlukan adaptasi dan inovasi berkelanjutan.
Dengan strategi transformasi yang sedang berjalan, Unilever Indonesia berharap dapat membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang dan kembali menjadi pemimpin pasar pada kuartal II 2025.