Manyala.co – Ketika negara-negara mulai menarik diri dari perdagangan internasional, hal itu bukan hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga meningkatkan risiko isolasi dan konflik global. Peringatan tersebut disampaikan oleh CEO Komite Nasional Inggris untuk Urusan China (UKNCC), Ollie Shiell, dalam sebuah wawancara bersama Xinhua pada Selasa (15/4).
Menurut Shiell, penggunaan tarif atau hambatan dagang sering kali bukan solusi tepat dalam menangani perselisihan internasional. Justru, langkah tersebut berisiko menimbulkan “perlombaan menuju ke bawah,” sebuah kondisi di mana negara-negara saling menurunkan standar sosial, ekonomi, atau lingkungan demi menarik investasi asing.
“Tarif jarang menjadi solusi dalam membantu menyelesaikan perselisihan internasional dan sering kali memicu perlombaan menuju ke bawah,” ungkap Shiell.
Ia secara khusus menyoroti kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat belakangan ini, yang menurutnya tidak efektif dan cenderung kontraproduktif.
“Menurut saya, pendekatan Presiden AS Donald Trump sangat tumpul dan kacau. Dia bisa menangani masalah ini dengan lebih konstruktif, alih-alih menciptakan destabilisasi global yang masif ini,” ujarnya.
Shiell juga menilai bahwa tindakan tersebut telah merusak posisi global Amerika Serikat. Kebijakan proteksionis mendorong negara-negara lain untuk meninjau ulang hubungan internasional mereka dan mempertimbangkan ulang arah aliansi strategis ke depan.
“Kalangan bisnis membutuhkan rencana, tetapi sangat sulit untuk membuat rencana dalam lingkungan seperti ini,” tambahnya.
Di sisi lain, Shiell menolak anggapan bahwa globalisasi sedang meredup. Ia menyatakan bahwa globalisasi justru terus berkembang, dipicu oleh peran China yang kian menonjol di panggung global.
“Menurut saya, globalisasi terus berkembang, dan berkembang sebagai konsekuensi dari kebangkitan China,” ucapnya.
Shiell melihat China sebagai aktor global yang lebih konsisten, dapat diprediksi, dan mampu memberikan nilai dalam berbagai bidang seperti perdagangan, perubahan iklim, kesehatan, hingga kecerdasan buatan.
Ia menyimpulkan bahwa globalisasi akan terus berlanjut, namun akan beradaptasi mengikuti dinamika zaman.
“China telah bergeser dari pabrik ke algoritma, dan itu adalah perkembangan yang luar biasa,” tutup Shiell.