Manyala.co – Kabar duka menyelimuti jagat hiburan Tanah Air setelah kepergian Irianti Erningpraja, sosok seniman serba bisa yang mengukir prestasi di banyak bidang. Irianti meninggal dunia pada Selasa, 27 Mei 2025, pukul 14.14 WIB di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur, dalam usia 59 tahun. Kepergiannya diumumkan melalui unggahan beberapa rekan musisi seperti Stanley Tulung dan Nicky Astria di media sosial.
Stanley menyampaikan kabar duka tersebut dengan menuliskan bahwa Irianti menghembuskan napas terakhir dalam suasana damai, didampingi oleh suami tercinta Piko, dua anaknya Irsa dan Gani, serta para sahabat dekat seperti Mima Irma Hutabarat, Harry Kiss, dan Daisy Sahertian. Nicky Astria pun mengenangnya sebagai aktris, perenang, dan pencipta lagu berbakat yang menjadi bagian dari generasi emas musik Indonesia.
Irianti lahir di Jakarta pada 18 November 1965 dengan nama lengkap Tati Irianti Erningpraja. Ia merupakan putri dari Raden Ahem Erningpraja, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perburuhan di era Presiden Soekarno. Lahir dari keluarga terpandang, Irianti dibesarkan dalam lingkungan yang sangat mendukung pengembangan potensi dan minatnya sejak usia dini.
Sebelum dikenal sebagai penyanyi dan presenter, Irianti lebih dulu menorehkan prestasi sebagai atlet renang. Ia mencatatkan diri sebagai peraih medali dalam sejumlah kejuaraan bergengsi, termasuk PON IX, SEA Games 1977, dan Asian Games 1978. Sayangnya, kariernya di bidang olahraga harus berhenti lebih awal akibat masalah sinusitis yang dideritanya saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Meski harus meninggalkan dunia olahraga, semangat Irianti tak padam. Ia beralih ke dunia tari dan bergabung dengan grup Swara Maharddhika yang dipimpin oleh Guruh Soekarnoputra. Bersama kelompok ini, Irianti tampil sebagai penari profesional dalam pertunjukan di berbagai negara, termasuk Kenya dan Nairobi.
Langkah Irianti kemudian berlanjut ke dunia musik. Kariernya sebagai pencipta lagu mulai dikenal publik pada 1983 setelah karyanya menjadi pemenang dalam Festival Pop Song Nasional dan dinyanyikan oleh Vina Panduwinata. Sejak saat itu, Irianti produktif menulis lagu untuk sejumlah penyanyi papan atas seperti Titi DJ, Atiek CB, dan Trio Libels. Ia pun merilis beberapa album solo, seperti “Kuharus Mencari” (1986), “Aku Cinta Aku Rindu” (1987), dan “Mengapa Kau Tinggalkan Aku” (1995), yang mengukuhkan namanya sebagai penyanyi bersuara khas di era 80-an hingga 90-an.
Tak hanya berkarya di musik, Irianti juga dikenal sebagai presenter yang memandu acara populer seperti “Pesta” di Indosiar dan “Muziek Muziek Grammy Award” di SCTV. Ia bahkan pernah mewawancarai musisi internasional seperti Kitaro dan David Foster, menandai kiprahnya sebagai jurnalis hiburan yang handal.
Pada 2005, setelah menghadapi peristiwa besar dalam hidupnya, Irianti mulai menempuh jalan baru yang lebih spiritual. Ia menulis enam buku bertema pengembangan diri dan kecerdasan spiritual, serta mendirikan klinik transformasi pribadi di Dharmawangsa Square, Jakarta.
Jenazah Irianti akan disemayamkan di rumah duka yang berlokasi di kawasan Pejaten Barat, Jakarta Selatan. Kehilangan sosok seperti Irianti meninggalkan kesedihan mendalam, terutama bagi mereka yang pernah merasakan langsung karya dan kehangatan pribadinya.
Irianti Erningpraja bukan hanya penyanyi. Ia adalah simbol dari kegigihan, transformasi, dan keberanian menjelajah berbagai bidang kehidupan. Warisan karya dan inspirasinya akan selalu hidup dalam ingatan banyak orang.