Manyala.co – Yogyakarta kehilangan salah satu tokoh ikoniknya. Hamzah Sulaiman, yang lebih dikenal publik sebagai Raminten, meninggal dunia dalam usia 75 tahun. Sosoknya tak hanya dikenal sebagai pengusaha sukses, tetapi juga sebagai pelestari budaya Jawa melalui kuliner dan seni.
Kabar duka ini diumumkan melalui akun Instagram resmi @houseoframinten pada Kamis, 24 April 2025. “Selamat jalan Kanjeng… Terima kasih atas segalanya. Engkau bukan hanya pemimpin, tapi juga guru dan panutan kami,” tulis akun tersebut. Namun hingga kini, belum ada informasi resmi mengenai penyebab wafatnya.
Hamzah lahir pada 7 Januari 1950. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Hendro Sutikno (Tan Kiem Tik) dan Tini Yunianti (Nyoo Tien Nio), pendiri Grup Mirota. Setelah menyelesaikan pendidikan di jurusan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Hamzah sempat merantau dan bekerja sebagai pelayan di kapal pesiar hingga ke Amerika Serikat pada era 1970-an.
Namun, saat sang ayah sakit, ia memutuskan untuk kembali ke tanah air dan meneruskan bisnis keluarga bersama saudara-saudaranya. Pada tahun 1976, Hamzah mendirikan Mirota Batik—toko batik yang kemudian menjadi cikal bakal usahanya yang besar. Sayangnya, musibah kebakaran pada tahun 2004 menghancurkan toko tersebut. Tak menyerah, Hamzah bangkit dan membangun ulang usahanya dengan nama baru: Hamzah Batik. Kini, tempat itu menjadi salah satu destinasi belanja favorit wisatawan yang ingin mencari oleh-oleh khas Jogja.
Tak berhenti di dunia fesyen, Hamzah melebarkan sayap ke dunia kuliner dengan mendirikan The House of Raminten pada tahun 2008. Konsep restoran ini menggabungkan nuansa budaya Jawa yang kental, mulai dari dekorasi hingga menu makanan seperti nasi kucing yang sederhana namun khas. Nama “Raminten” sendiri berasal dari karakter perempuan Jawa yang diperankannya dalam sebuah acara komedi situasi di televisi lokal. Penampilannya yang unik dengan kebaya dan konde melekat kuat dalam ingatan publik.
The House of Raminten kini menjadi salah satu ikon kuliner Yogyakarta, dan selalu masuk daftar kunjungan wisatawan yang ingin merasakan sensasi makan dalam suasana budaya Jawa yang autentik.
Atas dedikasinya dalam melestarikan budaya Jawa, Hamzah menerima gelar kehormatan dari Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tahun 2014. Ia dianugerahi gelar Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamiji Nindyo, sekaligus diangkat sebagai Abdi Dalem Kraton Yogyakarta.
Kepergian Hamzah Sulaiman meninggalkan duka mendalam bagi banyak orang, namun juga meninggalkan jejak warisan budaya yang akan terus dikenang dan diapresiasi. Jogja kehilangan salah satu wajah budayanya, namun semangat Raminten akan tetap hidup dalam setiap sajian dan senyuman yang ia tinggalkan.