Manyala.co – Isu pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali mencuat dan menarik perhatian publik, kali ini melibatkan salah satu e-commerce terbesar di Asia Tenggara, Shopee. Kabar ini ramai diperbincangkan setelah seorang karyawan membagikan kisah pilunya di media sosial, mengaku terdampak PHK pada 24 April 2025.
Cerita tersebut diunggah di akun Instagram @lambe_turah dan memperlihatkan karyawan tersebut menangis karena harus mengakhiri masa kerja setelah delapan tahun mengabdi. Dalam unggahan itu, ia menyebut bahwa dirinya menerima email mendadak dan dijadwalkan mengikuti rapat Zoom pada pukul 11.00 WIB, di mana diumumkan bahwa seluruh divisinya terkena pengurangan pegawai.
Menurut penuturan sang karyawan yang diunggah kembali pada Senin, 26 Mei 2025, ia mengaku kaget dan sangat terpukul dengan keputusan tersebut, meskipun sebelumnya sudah bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Ia juga mengungkapkan rasa kehilangan terhadap rutinitas harian dan kebersamaan dengan rekan-rekan di kantor. Meski demikian, ia berusaha menerima keadaan dan tetap berharap bisa mendapatkan pekerjaan dan lingkungan baru yang mendukung.
Cerita ini memicu banyak komentar dari warganet yang merasa heran dengan langkah yang diambil oleh Shopee. Banyak yang mengungkapkan kebingungan, karena aktivitas belanja di platform tersebut terlihat masih sangat aktif dan ramai. Bahkan, ada yang menyebut bahwa pengiriman paket setiap harinya mencapai jumlah besar. “Kurir di komplek saya saja masih bawa karung-karung paket tiap hari,” ujar salah satu warganet.
Fenomena PHK ini sejatinya bukan yang pertama bagi Shopee. Dalam periode 2022 hingga 2024, perusahaan ini beberapa kali melakukan efisiensi tenaga kerja di berbagai divisi. Di tahun 2022 misalnya, PHK terjadi pada unit ShopeeFood, disusul pengurangan sekitar 3 persen dari total karyawan pada September 2022, dan kembali terjadi di divisi SDM pada November tahun yang sama.
Namun, pada Selasa, 27 Mei 2025, pihak Shopee akhirnya memberikan pernyataan resmi untuk meluruskan informasi yang beredar. Deputy Director of Public Affairs Shopee, Radynal Nataprawira, menyampaikan bahwa yang terjadi bukanlah PHK massal seperti yang dikabarkan, melainkan proses relokasi sebagian tim operasional ke Jawa Tengah sebagai bagian dari strategi efisiensi dan optimalisasi kinerja.
Radynal menjelaskan bahwa sejak tahun lalu, beberapa tim operasional Shopee memang telah ditempatkan di Yogyakarta dan Solo. Langkah ini bertujuan untuk menyederhanakan alur kerja dan menyebarkan pusat operasional secara lebih merata di wilayah Indonesia. Ia juga memastikan bahwa keputusan ini telah didukung dengan kesiapan fasilitas dan tim di lokasi baru.
Para karyawan yang terdampak diberikan dua opsi: ikut dalam relokasi ke Jawa Tengah atau melakukan internal transfer ke divisi lain di area Jabodetabek. Bagi mereka yang memilih untuk tidak melanjutkan pekerjaan, Shopee menjamin akan memberikan hak sesuai peraturan, bahkan dengan tambahan manfaat seperti perlindungan asuransi hingga tiga bulan ke depan.
Radynal juga menekankan bahwa proses ini tidak akan mengganggu kualitas layanan Shopee kepada pelanggan. Ia menyebut bahwa kantor operasional di luar Jakarta, terutama di Solo dan Yogyakarta, terus mengalami pertumbuhan dan menjadi rumah bagi ribuan talenta lokal.
Shopee menegaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam memperkuat efektivitas operasional serta mendistribusikan potensi sumber daya manusia ke wilayah yang lebih luas di Indonesia.