Manyala.co – Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK), Diaz Hendropriyono, menekankan bahwa upaya rehabilitasi ekosistem mangrove tidak cukup hanya dengan menanam bibit, melainkan harus disertai dengan perawatan secara berkelanjutan. Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan penanaman 7.000 bibit mangrove di Desa Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Sabtu (3/5).
“Menanam hanyalah langkah awal. Tanggung jawab kita sesungguhnya adalah memastikan bibit-bibit itu tumbuh dan berkembang hingga menjadi hutan mangrove yang sehat,” ujar Diaz dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurutnya, salah satu tantangan utama dalam pelestarian mangrove saat ini adalah pencemaran laut, khususnya oleh sampah plastik. Limbah tersebut dapat merusak lingkungan pesisir dan menghambat pertumbuhan mangrove yang baru ditanam. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitar.
“Kita harus berhenti membuang sampah ke sungai dan laut. Sampah plastik adalah ancaman nyata bagi kelangsungan mangrove dan ekosistem pesisir secara keseluruhan,” tegasnya.
Diaz juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki posisi strategis dalam pelestarian hutan mangrove dunia. Berdasarkan Peta Mangrove Nasional 2024, luas ekosistem mangrove di Indonesia tercatat mencapai 3.440.464 hektare, mencakup sekitar 23 persen dari total hutan mangrove di dunia. Selain itu, masih terdapat potensi habitat mangrove seluas lebih dari 769 ribu hektare yang dapat dikembangkan.
Dalam kesempatan tersebut, Diaz turut mengajak masyarakat, terutama para ibu yang hadir, untuk terlibat aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. “Konservasi tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Perlu peran serta dari masyarakat untuk memastikan mangrove tumbuh subur dan berfungsi sebagai pelindung pesisir dari abrasi serta penyimpan karbon alami,” jelasnya.
Ia menutup dengan menegaskan bahwa rehabilitasi mangrove bukan sekadar kegiatan simbolik, melainkan komitmen jangka panjang yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan kesadaran kolektif seluruh elemen bangsa.