Manyala.co – Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai bentuk penghargaan terhadap dedikasi Ki Hajar Dewantara dalam membangun sistem pendidikan nasional. Hari ini menjadi saat yang tepat untuk merenungkan kembali pentingnya pendidikan dalam membentuk karakter, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menyiapkan masa depan generasi penerus.
Tahun ini, Hardiknas jatuh pada hari Jumat, 2 Mei 2025. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menetapkan tema “Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Tema ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergotong royong mewujudkan akses pendidikan berkualitas yang merata di seluruh penjuru negeri.
Asal Usul Hardiknas
Berdasarkan informasi dari laman UNISBANK Semarang dan Info Hukum UMSU, peringatan Hardiknas mulai dijalankan sejak tahun 1948. Pemerintah menetapkannya sebagai penghormatan kepada Ki Hajar Dewantara, tokoh utama di balik lahirnya sistem pendidikan nasional Indonesia.
Tanggal 2 Mei dipilih karena bertepatan dengan hari lahir beliau pada 1889. Penetapan resmi tanggal ini sebagai Hari Pendidikan Nasional dilakukan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959.
Ki Hajar Dewantara adalah pendiri Taman Siswa pada 1922 sebuah lembaga pendidikan yang memberikan hak belajar bagi rakyat Indonesia saat masa kolonial. Ia juga dikenal lewat falsafah pendidikannya yang begitu mendalam, yaitu:
Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang berarti seorang pendidik ideal harus bisa menjadi panutan, penggerak, sekaligus pendorong.
Makna Tema Hardiknas 2025
Tema “Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua” mencerminkan ajakan untuk membangun pendidikan secara gotong royong, tidak hanya oleh pemerintah dan pendidik, tapi juga melibatkan dunia usaha, keluarga, media, serta komunitas lokal. Semangat kolaborasi ini dianggap penting agar semua anak Indonesia dari kota hingga pelosok desa memiliki kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan yang layak dan berkualitas.
Kolaborasi lintas sektor diharapkan mampu menjembatani kesenjangan akses dan mutu pendidikan, terutama di era digital seperti sekarang. Peran orang tua yang aktif mendampingi anak, kontribusi perusahaan dalam bentuk beasiswa dan pelatihan, serta pemanfaatan teknologi yang cerdas akan menjadi kunci dalam menciptakan pendidikan yang inklusif dan relevan.
Merenungi Tantangan dan Harapan
Di tengah berbagai tantangan seperti ketimpangan pendidikan, transformasi digital, hingga perubahan sosial yang cepat, Hardiknas menjadi panggilan untuk bertindak. Bukan hanya sebagai ajang seremonial tahunan, melainkan sebagai kesempatan memperkuat komitmen bersama membangun sistem pendidikan yang adil dan merata.
Dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pendidikan (1936), Ki Hajar Dewantara menulis:
“Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”
Kutipan tersebut menegaskan bahwa setiap anak menyimpan potensi besar yang perlu dirawat dan dikembangkan lewat dukungan berbagai pihak.
Ajakan untuk Bersatu Membangun Generasi Unggul
Peringatan Hardiknas 2025 bukan sekadar memperingati masa lalu, tapi juga menjadi ajakan untuk bergerak maju bersama. Melalui tema tahun ini, masyarakat Indonesia diajak bahu-membahu mewujudkan sistem pendidikan nasional yang inklusif, adil, dan bermutu tinggi.
Semangat kebersamaan ini bukan sekadar harapan, melainkan kebutuhan nyata demi melahirkan generasi emas yang siap menghadapi tantangan global.