Manyala.co – Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus menunjukkan peningkatan aktivitas. Letusan eksplosif yang terjadi pada Selasa (17/6) sore sekitar pukul 17.35 WITA memunculkan kolom abu vulkanik setinggi 10.000 meter di atas puncak kawah, membawa dampak signifikan terhadap wilayah sekitarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa penyebaran material vulkanik kini menjangkau daerah yang berada di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB). Hujan abu, pasir, dan kerikil telah mencapai permukiman di Desa Boru, Desa Hewa, dan Desa Watobuku. Bahkan, jalur utama penghubung antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka sempat tertutup akibat hujan kerikil, meskipun pembersihan jalan telah segera dilakukan agar akses vital tersebut bisa kembali digunakan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan bahwa penanganan bencana sejauh ini berjalan dengan baik. Meski jumlah pasti pengungsi terbaru masih dalam proses pendataan oleh tim di lapangan, Abdul memastikan bahwa seluruh kebutuhan dasar para pengungsi tetap terpenuhi. “Ada penambahan pengungsi, namun seluruh kebutuhan mereka dapat dipenuhi dengan baik,” ujarnya dari Jakarta, Rabu (18/6).
Sejumlah warga dari Desa Nurabelen di Kecamatan Ile Buran telah dievakuasi ke lokasi aman di Konga. Sebagian lainnya memilih mengungsi ke Desa Nileknoheng yang terletak sekitar lima kilometer dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) di Pululera dan berjarak sekitar 12 kilometer dari kawah gunung.
Dari data inventaris BNPB sebelumnya, total 4.838 jiwa telah mengungsi sejak erupsi pertama pada November 2024. Mereka saat ini tinggal di hunian sementara yang telah disiapkan pemerintah di beberapa desa di Flores Timur. Abdul Muhari memastikan bahwa fasilitas dasar seperti air bersih dan listrik di lokasi hunian tersebut tetap tersedia dan tidak terdampak erupsi terbaru.
Sementara itu, Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki di Pululera turut terdampak oleh hujan kerikil. Demi keselamatan, seluruh petugas pos telah dievakuasi ke Gereja Pululera yang berjarak sekitar 1,2 kilometer dari pos pengamatan.
BNPB bersama Badan Geologi Kementerian ESDM terus melakukan pemantauan terhadap aktivitas vulkanik gunung yang kini berstatus Awas atau Level IV. Hasil monitoring dari alat seismik di Pululera menunjukkan adanya tremor dan indikasi dinamika magma di bawah permukaan. BNPB menyatakan bahwa informasi terbaru akan terus disampaikan secara berkala kepada publik, sembari menjaga koordinasi dengan pemerintah daerah dalam fase tanggap darurat ini.
Situasi masih dinamis, dan pemerintah mengimbau masyarakat agar tetap waspada, mengikuti arahan petugas, serta tidak melakukan aktivitas di radius berbahaya yang telah ditentukan.