Manyala.co – Nama Kiromal Katibin kembali mencuat sebagai atlet panjat tebing terbaik dunia usai mencatat prestasi gemilang di ajang IFSC Climbing World Cup 2025 yang digelar di Denver, Amerika Serikat. Dalam kompetisi tersebut, yang berlangsung pada Minggu (1/6/2025) waktu Colorado, Kiromal berhasil mengamankan medali emas pada nomor speed putra.
Situasi cuaca ekstrem memaksa penyelenggara menghentikan jalannya pertandingan sebelum babak perempat final, semifinal, dan final dapat dilaksanakan. Badai serta hujan lebat mengguyur area pertandingan sehingga keselamatan atlet menjadi prioritas utama. Menyikapi hal ini, Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC) mengambil keputusan darurat untuk menentukan hasil akhir berdasarkan catatan waktu di babak kualifikasi.
Kiromal yang sempat mencatatkan waktu fantastis 4,83 detik pada babak kualifikasi, dinyatakan sebagai pemenang pertama. Sebelumnya, ia juga sempat menaklukkan lawan dari Italia di babak 16 besar dengan catatan waktu 4,87 detik. Namun, pertandingan tak bisa dilanjutkan akibat cuaca buruk. Catatan waktunya menjadi penentu keberhasilan naik ke podium juara.
Lahir di Batang, Jawa Tengah pada 21 Agustus 2000, Kiromal Katibin atau akrab disapa Kiki, telah menapaki dunia panjat tebing sejak usia muda. Ketertarikannya bermula pada tahun 2007, ketika melihat arena panjat tebing di Alun-Alun Batang saat ada gelaran Praporprov. “Pertama kali mengenal panjat tebing pada 2007. Pertama kali melihat panjat tebing di Alun-Alun Batang saat ada Praporprov (pra pekan olahraga provinsi),” tutur Kiki, dikutip dari laman resmi FPTI.
Motivasi awalnya sederhana: rasa penasaran dan suka. Ia mulai berlatih secara rutin pada 2009, bersama sang kakak dan teman-temannya. Pelatih yang berasal dari Surabaya—yang saat itu mengikuti suaminya pindah ke Batang—menjadi sosok penting yang memperkenalkan olahraga ini kepadanya. “Akhirnya mulai latihan 2009. Saya dan teman-teman (serta kakak) ikut latihan. Yang lolos dua orang, saya dan kakak,” kenangnya.
Kiki mengaku, saat itu ia belum punya target besar. Namun, semangatnya tumbuh seiring dengan partisipasinya dalam berbagai kejuaraan. Debut resminya di dunia kompetisi dimulai dari Kejurda kelompok umur di Karanganyar pada 2009, yang kemudian membawanya lolos ke ajang nasional di Jogjakarta di tahun yang sama.
Sejak saat itu, Kiki rutin mengikuti berbagai kompetisi nasional. Ia sempat vakum selama dua tahun, yakni pada 2013 dan 2014, sebelum kembali aktif pada 2015. Prestasi demi prestasi pun ia raih. Medali emas pertama diraihnya pada Kejurnas 2011 untuk nomor lead di Jakarta. Ia kemudian mencatatkan prestasi cemerlang dengan meraih emas di nomor speed pada Kejurnas 2016 di Bangka Belitung, dan kembali merebut emas pada 2017 di Padang.
Tak hanya di kejuaraan nasional, prestasinya juga bersinar di ajang Popnas. Di sana, ia menyabet emas untuk kategori speed world record, serta dua perak masing-masing di nomor speed klasik dan boulder.
Di balik semua pencapaiannya, dukungan orang tua menjadi kunci. Ia menyebut, keluarga memberi kebebasan dan restu untuk mengejar mimpinya. “Orangtua sudah melepas. Mau ke mana saja terserah. Yang penting bahagia,” ucapnya sembari tersenyum.
Kini, kerja keras dan ketekunan Kiki telah membawanya menjadi salah satu atlet panjat tebing tercepat di dunia. Raihan medali emas di IFSC Climbing World Cup Denver 2025 menjadi bukti bahwa ia pantas mendapat tempat di puncak dunia panjat tebing.