Manyala.co – Pernyataan Presiden RI, Prabowo Subianto, yang disampaikan dalam wawancara dengan sejumlah pemimpin redaksi dua bulan lalu kembali mencuat di media sosial. Ucapan tersebut dianggap sebagai prediksi yang mendekati kenyataan, menyusul eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang kian memanas dalam beberapa hari terakhir.
Dalam wawancara di Hambalang, Jawa Barat, pada 6 April 2025, Prabowo mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kemungkinan pecahnya Perang Dunia III jika situasi geopolitik di Timur Tengah tidak terkendali. Ia menyebut secara gamblang bahwa konflik militer terhadap Iran berpotensi mengundang reaksi dari Rusia, yang bisa memicu ketegangan global berkepanjangan.
“Saya pelajari tiap malam, saya lihat ini masa yang sangat berbahaya. Amerika berencana menyerang Iran, dan Rusia sudah menyatakan akan turun tangan jika itu terjadi. Situasi ini bisa jadi pemicu konflik global,” ujar Prabowo dalam potongan video wawancara yang kini kembali viral di berbagai platform.
Lebih lanjut, Prabowo juga mengingatkan bahwa meskipun Indonesia mengambil posisi non-blok dalam politik luar negeri, dampak dari perang global seperti ini tidak akan bisa dihindari sepenuhnya. Menurutnya, “Jika perang nuklir meletus, semua pihak akan terdampak. Mungkin negara-negara dengan senjata nuklir mati lebih cepat, kita mati agak lambat, tapi tetap terkena juga.”
Pernyataan tersebut kini menjadi sorotan publik setelah konflik terbuka pecah antara Israel dan Iran. Pada 16 Juni 2025, Israel meluncurkan serangan militer terhadap sejumlah fasilitas milik Iran di Teheran dan kota lainnya. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim bahwa serangan tersebut menyasar program nuklir dan pengembangan rudal balistik Iran dalam operasi yang diberi nama “Rising Lion”.
Dalam pernyataannya yang dikutip sejumlah media internasional, Netanyahu menegaskan bahwa operasi tersebut tidak akan berhenti dalam waktu dekat. “Kami akan terus melanjutkan operasi ini selama diperlukan untuk menghentikan ancaman tersebut,” ucapnya.
Menanggapi serangan tersebut, Iran melancarkan serangan balasan pada malam harinya. Rudal-rudal Iran menghantam berbagai wilayah Israel termasuk Tel Aviv dan Yerusalem. Iran menyatakan bahwa aksi tersebut merupakan bentuk pembalasan atas serangan terhadap fasilitas strategisnya dan tewasnya sejumlah tokoh penting, termasuk Komandan IRGC Hossein Salami dan mantan kepala badan energi atom Iran, Fereydoon Abbasi.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengeluarkan pernyataan keras. Ia menuduh Israel melakukan kejahatan terhadap rakyat Iran dan memperingatkan bahwa Tel Aviv akan menerima akibat yang menyakitkan. “Rezim Zionis telah membuka tangannya untuk melakukan kejahatan di tanah air kami. Mereka akan menanggung akibatnya,” ujar Khamenei seperti dikutip kantor berita resmi IRNA.
Hingga Jumat, 20 Juni 2025, laporan dari Kementerian Kesehatan Iran menyebutkan sedikitnya 220 orang tewas akibat rentetan serangan militer Israel. Sebaliknya, otoritas Israel melaporkan 24 warganya tewas akibat serangan balasan dari Iran.
Sementara itu, tekanan internasional terhadap konflik ini semakin meningkat. Banyak pihak, termasuk sejumlah pemimpin dunia, menyerukan pentingnya gencatan senjata dan dialog damai. Dalam konteks inilah, sejumlah netizen dan pengamat menilai bahwa pernyataan Prabowo yang disampaikan dua bulan lalu kini terasa sangat relevan dengan situasi aktual.
Di media sosial, tidak sedikit warganet yang menyebut bahwa Presiden Prabowo seharusnya mengambil peran aktif sebagai mediator atau inisiator perdamaian, mengingat posisi Indonesia sebagai negara non-blok yang berkomitmen pada perdamaian dunia.
Kondisi yang berkembang cepat ini membuat perhatian global terus tertuju ke Timur Tengah, sementara kekhawatiran terhadap skenario konflik global masih membayangi. Terlepas dari itu, publik kini menanti langkah strategis diplomasi dari negara-negara besar dan organisasi internasional guna menekan potensi eskalasi yang lebih luas.