Manyala.co – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa strategi Indonesia dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) tidak hanya bertujuan meredam potensi guncangan, tapi juga membuka jalan bagi peluang ekonomi baru.
“Saya optimistis langkah-langkah yang sudah kita siapkan mampu meredam gejolak sekaligus menciptakan peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” ujar Sri Mulyani dalam wawancara di sela-sela pertemuan IMF-World Bank Spring Meetings 2025, seperti dikutip dari akun Instagram @smindrawati di Jakarta, Sabtu.
Dalam proses negosiasi tarif, Pemerintah Indonesia mengambil pendekatan dialogis, berusaha memahami sudut pandang Pemerintah AS, lalu menawarkan berbagai opsi untuk membantu mengurangi defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia.
Di saat yang sama, pemerintah juga melakukan upaya mengurangi berbagai hambatan perdagangan, baik dalam bentuk tarif maupun non-tarif, melalui deregulasi dan reformasi birokrasi.
Selain bernegosiasi dengan AS, Indonesia juga aktif membuka peluang diversifikasi ekspor ke negara-negara lain. “Kami terus memperkuat hubungan dengan mitra seperti ASEAN Plus Three dan Uni Eropa untuk menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan,” lanjut Sri Mulyani.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperkirakan bahwa proses penyeimbangan defisit perdagangan AS dengan negara mitranya, termasuk Indonesia, akan memakan waktu sekitar dua hingga tiga tahun.
Sebagai bagian dari kebijakan baru ini, Indonesia dikenakan tarif resiprokal sebesar 32 persen. Menyikapi hal itu, pemerintah bergerak cepat dengan melakukan negosiasi intensif dan memperkuat diplomasi perdagangan dengan AS.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, upaya cepat Indonesia mendapat apresiasi dari pemerintah dan kalangan bisnis di AS. Indonesia pun telah mengajukan proposal kerja sama yang menyeluruh, mencakup lima poin utama: ketahanan energi nasional, peningkatan akses pasar ekspor, deregulasi usaha dan investasi, kerja sama rantai pasok industri strategis dan mineral kritis, serta penguatan akses terhadap teknologi dan inovasi.
Dalam waktu dekat, kedua negara akan mengintensifkan pembahasan teknis untuk menemukan solusi konkret yang menguntungkan kedua belah pihak.
Sebagai langkah lanjutan, Indonesia bersama Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) juga sudah menandatangani Non-Disclosure Agreement (NDA) untuk mendukung rencana perjanjian bilateral terkait perdagangan resiprokal, investasi, dan keamanan ekonomi.