Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Riden Hatam Aziz, mengungkapkan bahwa dua pabrik alat musik milik Yamaha di Indonesia dipastikan akan menghentikan operasionalnya pada tahun 2025. Akibatnya, sekitar 1.100 pekerja berisiko mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurut Riden, penutupan dua pabrik tersebut akan dilakukan dalam dua tahap. Pabrik pertama, yang berlokasi di kawasan industri MM2100, Bekasi, Jawa Barat, dijadwalkan tutup pada akhir Maret 2025, berdampak pada sekitar 400 pekerja. Sementara itu, pabrik kedua yang berlokasi di Pulo Gadung, Jakarta Timur, akan berhenti beroperasi pada akhir Desember 2025, dengan 700 pekerja yang terdampak.
Penutupan ini terjadi karena perusahaan memutuskan untuk memindahkan produksi ke China dan Jepang akibat turunnya permintaan.
“Kedua pabrik ini merupakan divisi produksi piano. Karena jumlah pesanan menurun, manajemen memutuskan untuk memindahkan produksi ke China dan Jepang,” jelas Riden saat diwawancarai oleh Liputan6.com pada Kamis (27/2).
Terkait dampak PHK massal ini, pihak serikat pekerja sedang berupaya memastikan hak-hak buruh, termasuk pesangon dan kompensasi yang layak.
“Serikat pekerja tengah melakukan negosiasi mengenai hak pesangon dan kompensasi lainnya,” tegas Riden.
Ia juga menekankan bahwa gelombang PHK ini menjadi sinyal ancaman bagi sektor industri elektronik dan elektrik di Indonesia, terutama akibat relokasi produksi ke luar negeri.
Kejadian Pemutusan Hubungan Kerja secara Massal Tahun lalu
Pada akhir Desember 2024 atau awal Januari 2025, PT Yamaha Music Indonesia yang merupakan perusahaan elektronik dari Jepang di Bekasi akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 400 karyawan.
Selain itu, kantor mereka di Jakarta juga telah memberhentikan 700 karyawan. Dengan demikian, total karyawan yang di-PHK oleh PT Yamaha Music Indonesia pada awal tahun 2025 mencapai 1.100 orang.
“Kondisi PHK besar-besaran ribuan buruh di 2 perusahaan Jepang ini, dengan alasan relokasi produksi ke negara asalnya yaitu Jepang, dan ada sebagian relokasi ke China, menjadi alarm ancaman PHK besar-besaran di Indonesia khususnya sektor elektronik elektrik,” tegas dia.
Pemerintah memiliki peran penting dalam menangani isu penutupan pabrik Yamaha di Indonesia dan dampak PHK massal terhadap 1.100 pekerja