Gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas di Gaza akhirnya tercapai, sebuah langkah signifikan yang diumumkan oleh Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani sebagai mediator, pada Rabu (15/1/2025). Kesepakatan ini menandai babak baru dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari satu dekade di kawasan tersebut.
Gencatan senjata ini akan dimulai pada Minggu, 19 Januari 2025, dan menjadi titik awal pembebasan sandera dari kedua belah pihak. Sebanyak 33 sandera akan dibebaskan pada tahap pertama, sebuah langkah yang menunjukkan potensi menuju perdamaian yang lebih permanen. Sheikh Mohammed berharap kesepakatan ini bisa menjadi akhir dari perang yang berkepanjangan dan menyatakan harapan agar semua pihak berkomitmen untuk melaksanakan setiap ketentuan dalam perjanjian ini.
Sami Abu Zuhri, juru bicara Hamas, menyambut gencatan senjata ini sebagai kemenangan besar bagi Gaza, yang menurutnya mencerminkan keteguhan dan keberanian rakyat serta pejuangnya. “Ini juga menunjukkan kegagalan penjajah dalam mencapai tujuan mereka,” ujar Zuhri seperti dilansir Reuters pada Kamis (16/1/2025).

Selama 15 bulan terakhir, Gaza telah dilanda kekerasan hebat antara Israel dan Hamas, dengan lebih dari 46 ribu warga Palestina kehilangan nyawa akibat agresi tersebut. Gencatan senjata yang tercapai kali ini diharapkan menjadi langkah awal menuju perdamaian yang lebih langgeng, setelah sebelumnya, kedua belah pihak hanya berhasil menjalani gencatan senjata singkat yang hanya bertahan satu minggu.
Kesepakatan ini membawa harapan baru bagi masa depan Gaza dan Timur Tengah, meskipun banyak yang menyadari bahwa tantangan untuk menjaga perdamaian tetap besar. Dunia internasional berharap agar gencatan senjata ini bisa mengarah pada solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan bagi konflik yang telah berlangsung lama ini.
Komentar