Manyala.co – Film animasi Indonesia JUMBO besutan Visinema Studios mencetak tonggak sejarah baru di industri perfilman nasional. Dalam waktu hanya dua bulan penayangan, film ini berhasil meraih lebih dari 10 juta penonton, menjadikannya film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang masa. Capaian ini mengungguli rekor sebelumnya yang dipegang KKN di Desa Penari (2022), yang memerlukan lebih dari 90 hari untuk mencapai jumlah penonton serupa.
Pencapaian luar biasa ini diumumkan secara resmi melalui akun Instagram film JUMBO pada Jumat, 30 Mei 2025. Dalam unggahan tersebut, tim produksi mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihnya kepada seluruh penonton. “Satu kisah sederhana yang dirayakan oleh lebih dari 10.000.000 hati. Sebuah angka yang dulu terasa jauh, kini menjadi nyata, berkat kalian yang percaya, bahwa kisah kecil pun bisa berarti besar saat disampaikan dengan sepenuh hati,” tulis akun tersebut. Mereka juga menambahkan, “Terima kasih karena sudah ikut tumbuh, menangis, tertawa dan menjadi bagian dari JUMBO.”
Film ini masih terus tayang di sejumlah bioskop di Indonesia hingga saat ini.
Tonggak Baru bagi Animasi Nasional dan Asia Tenggara
Bukan hanya memecahkan rekor nasional, JUMBO juga menjadi film animasi dengan jumlah penonton terbanyak di Asia Tenggara, mengalahkan sejumlah film animasi buatan Hollywood yang biasanya mendominasi saat musim liburan panjang. Hal ini menjadi pencapaian penting dalam sejarah perfilman animasi Tanah Air, yang selama ini belum terlalu menonjol di pasar domestik.
“Capaian JUMBO tak akan mungkin terjadi tanpa dukungan nyata dari masyarakat Indonesia,” ujar CEO Visinema Studios, Herry B. Salim, dalam keterangan tertulis kepada media. Ia menekankan keyakinannya bahwa “karya yang baik akan menemukan tempatnya di hati penonton.”
Ryan Adriandhy, sosok di balik naskah dan penyutradaraan film ini, juga menyampaikan rasa syukurnya. “Ini adalah hasil dari doa, kerja keras, dan keyakinan. Bukan hanya dari kami para kreator, tapi juga dari penonton dan keluarga Indonesia yang merasa memiliki JUMBO,” ujarnya. Ia berharap film ini akan terus hidup dalam ingatan masyarakat. “Semoga JUMBO akan hidup lebih lama di hati kalian,” tambahnya.
Di hari yang sama, melalui akun X pribadinya, Ryan mengenang mimpi masa kecilnya yang kini terwujud. “Seorang anak bermimpi pada tahun 1994. Itu satu-satunya hal yang ia tahu bagaimana caranya. Anak itu terbangun suatu hari; bersyukur bahwa semua ini benar-benar terjadi. Terima kasih semuanya. Tolong bermimpilah lebih besar daripada anak itu. Semoga Tuhan memberkati kalian dengan apa yang kalian butuhkan. Alhamdulillah,” tulisnya.
Kisah Emosional dari Dunia Dongeng
JUMBO pertama kali tayang pada 31 Maret 2025, dan merupakan hasil kolaborasi dari lebih dari 420 kreator lokal. Film berdurasi 1 jam 42 menit ini menampilkan kisah Don (disuarakan oleh Prince Poetiray), seorang anak yang sangat menyayangi buku dongeng warisan ayah dan ibunya (disuarakan oleh Ariel NOAH dan Bunga Citra Lestari). Setelah kehilangan kedua orang tuanya, Don dibesarkan oleh sang nenek, Oma (Ratna Riantiarno).
Don menjalani keseharian bersama sahabatnya, Nurman (Yusuf Ozkan) dan Mae (Graciella Abigail). Suatu hari, ketika bukunya dicuri oleh Atta (M. Adhiyat), Don bertemu dengan Meri (Quinn Salman), seorang gadis dari dunia lain yang tengah mencari kedua orang tuanya (disuarakan oleh Ariyo Wahab dan Cinta Laura Kiehl). Pertemuan inilah yang menjadi awal dari petualangan magis Don.
Siap Tayang Internasional
Setelah sukses luar biasa di Indonesia, JUMBO akan segera melangkah ke panggung internasional. Mulai Juni 2025, film ini dijadwalkan tayang di bioskop Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Selain itu, sejumlah negara di kawasan Asia Tengah dan Eropa Timur juga akan menjadi tujuan distribusi selanjutnya, termasuk Rusia, Ukraina, Kazakhstan, Armenia, Georgia, hingga negara-negara Baltik seperti Estonia, Latvia, dan Lituania.
Dengan capaian ini, JUMBO tak hanya mencetak sejarah sebagai film terlaris, tapi juga membuka jalan baru bagi film animasi Indonesia untuk bersaing di kancah global.