Manyala.co – Isu pencalonan Joko Widodo sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terus mengemuka dan menjadi perbincangan hangat di kalangan politik nasional. Meski belum ada konfirmasi resmi, nama Presiden ke-7 Republik Indonesia itu disebut-sebut menjadi figur yang tengah dipertimbangkan untuk memimpin PSI ke depan.
Direktur Eksekutif Triaspols, Agung Baskoro, mengemukakan bahwa apabila Jokowi benar-benar maju sebagai calon ketua umum PSI, dinamika bursa pencalonan bisa langsung teredam. Menurutnya, kehadiran Jokowi dalam bursa akan menjadikan kandidat lain hanya sebagai pelengkap.
“Sulit membayangkan ada figur lain yang bisa bersaing sepadan jika Jokowi masuk gelanggang. Pesaingnya kemungkinan besar hanya akan dianggap sekadar meramaikan,” ujar Agung dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Sejak pendaftaran dibuka pada 13 Mei lalu, baru satu nama yang secara resmi mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum, yaitu Ronald A. Sinaga, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PSI Jawa Barat. Minimnya jumlah pendaftar, kata Agung, bisa jadi disebabkan oleh spekulasi mengenai majunya Jokowi.
Namun, Agung menilai, dinamika internal PSI kemungkinan akan tetap bergulir hingga detik-detik terakhir masa pendaftaran. Ia menyebut bahwa praktik “last minute management” sudah menjadi hal lazim dalam politik Indonesia.
“Meski saat ini masih spekulatif, wacana pencalonan Jokowi tetap akan mempengaruhi dinamika internal partai. Bisa saja nama-nama lain baru muncul di akhir masa pendaftaran,” lanjutnya.
Menurut Agung, saat ini PSI membutuhkan figur ketua umum yang tidak hanya memiliki rekam jejak ketokohan kuat, tetapi juga memiliki kemampuan sumber daya yang solid—baik dari sisi jaringan maupun daya tarik publik. Dalam konteks ini, sosok Jokowi dianggap memenuhi kriteria yang dibutuhkan partai untuk bisa kembali berkompetisi di tingkat nasional, khususnya menjelang Pemilu 2029.
Dengan pengalaman dua periode sebagai Presiden RI, Jokowi memiliki jejaring luas serta modal politik dan sosial yang mumpuni. Jika benar-benar terjun memimpin PSI, kekuatan ini bisa menjadi dorongan signifikan bagi partai tersebut untuk lolos ke Senayan.
Namun demikian, jika ada tokoh lain yang berniat bersaing, mereka harus memiliki kapasitas dan sumber daya yang sepadan. “Siapa pun yang hendak menantang Jokowi dalam bursa ketua umum PSI harus mampu menyamai kekuatan politik, simbolik, dan logistik yang dimiliki Jokowi,” tutup Agung.
Meskipun segala kemungkinan masih terbuka, pertanyaan besar kini terletak pada apakah Jokowi akan mengambil langkah mengejutkan dan benar-benar mendaftarkan diri, atau justru tetap berada di luar struktur partai secara formal. Yang jelas, bayangan sosoknya sudah cukup membuat bursa calon ketua umum PSI sepi peminat.