Manyala.co – Di tengah sorotan dunia, proses pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik memasuki babak baru. Sebanyak 133 kardinal dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, pada Rabu, 7 Mei 2025, untuk mengikuti konklaf yang akan menentukan siapa penerus takhta St. Petrus selanjutnya. Konklaf tahun ini menandai beberapa pencapaian dan dinamika menarik, mulai dari jumlah peserta hingga keunikan demografisnya.
Dominasi Kardinal Era Paus Fransiskus
Satu hal yang mencolok dari konklaf kali ini adalah dominasi kardinal yang diangkat oleh Paus Fransiskus. Dari 133 kardinal pemilih, lebih dari 80 persen tepatnya 81,2 persen merupakan hasil penunjukan selama masa kepemimpinannya. Ini menjadi refleksi kuat dari arah kebijakan dan representasi global yang coba dibentuk oleh Paus asal Argentina tersebut.
Dari seluruh peserta, hanya lima orang kardinal yang pernah mengikuti konklaf pada masa Paus Yohanes Paulus II, menandakan regenerasi besar dalam tubuh Gereja. Sementara itu, 108 kardinal menjalani konklaf pertama mereka, memperkuat kesan bahwa Gereja tengah memasuki fase baru dalam sejarah modernnya.
Peta Global Kardinal Pemilih: Semakin Merata
Secara geografis, Eropa masih menjadi kawasan dengan jumlah pemilih terbanyak, yakni 52 kardinal. Namun, distribusi global menunjukkan tren inklusivitas yang lebih luas. Asia mengirimkan 23 kardinal, Amerika Utara 20, Afrika dan Amerika Latin masing-masing 17, serta Oseania sebanyak empat.
Untuk pertama kalinya, 15 negara yang sebelumnya belum pernah memiliki keterwakilan dalam konklaf kini turut ambil bagian. Negara-negara seperti Papua Nugini, Haiti, dan Sudan Selatan tercatat sebagai peserta baru, menandai langkah penting menuju Gereja yang lebih representatif secara global.
Rentang Usia dan Wajah Baru Konklaf
Usia rata-rata para kardinal yang ikut serta dalam pemilihan ini tercatat 70 tahun 3 bulan. Sosok termuda adalah Uskup Agung Melbourne, Mykola Bychok, yang baru berusia 45 tahun. Sementara itu, kardinal tertua adalah Carlos Osoro Sierra dari Spanyol, yang hampir menginjak usia 80 tahun.
Tradisi Italia yang selama ini dominan dalam pemilihan paus kini mulai terkikis. Hanya 17 kardinal asal Italia yang terlibat, angka yang jauh menurun dibandingkan dengan 28 pada konklaf tahun 2013.
Proses Pemilihan: Ketat dan Penuh Simbol
Konklaf dilangsungkan dalam sistem pengambilan suara tertutup, dengan maksimal empat kali pemungutan suara setiap hari. Untuk dapat terpilih sebagai Paus, seorang kandidat harus meraih dukungan dua pertiga dari total pemilih yakni 89 suara.
Setiap sesi pemungutan suara ditutup dengan pembakaran surat suara. Warna asap dari cerobong Kapel Sistina menjadi penanda yang dinantikan umat di seluruh dunia: putih untuk pertanda telah terpilihnya paus baru, dan hitam bila belum ada hasil.
Secara historis, proses ini biasanya memakan waktu dua hingga lima hari. Dua konklaf terakhir berjalan cepat: Paus Benediktus XVI terpilih dalam dua hari pada 2005, begitu pula Paus Fransiskus pada 2013. Sebaliknya, konklaf terlama dalam sejarah modern terjadi pada 1922, yang memerlukan lima hari dan 14 putaran suara.