Sebanyak tujuh orang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) oleh Polresta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) pada Kamis, 16 Januari 2025. Kasus ini diduga melibatkan jaringan yang memanfaatkan jalur udara untuk mengirimkan korban ke berbagai lokasi. Penyelidikan terus dilakukan untuk mengungkap jaringan lebih luas dan memastikan perlindungan terhadap para korban.
Tujuh orang sebagai tersangka dalam kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Para tersangka, berinisial R (64), K (33), AT (34), AD (24), LS (43), DSK (54), dan IA (36), diduga terlibat dalam upaya pemberangkatan calon pekerja migran Indonesia (CPMI) secara ilegal ke luar negeri.
Para korban berasal dari berbagai daerah, termasuk Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Jakarta. Mereka dijanjikan pekerjaan di negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Singapura, Thailand, Korea Selatan, dan Oman dengan iming-iming gaji tinggi, berkisar antara Rp6 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Penangkapan ini bermula dari laporan mengenai rencana keberangkatan empat calon pekerja dari Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa, 7 Januari 2025. Setelah pemeriksaan oleh pihak imigrasi yang menemukan kejanggalan dokumen, kasus ini dilaporkan ke Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan selanjutnya ditangani oleh Polresta Bandara Soekarno-Hatta.
Atas perbuatannya, ketujuh tersangka dijerat dengan Pasal 81 junto Pasal 9 dan/atau Pasal 83 junto Pasal 68 Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran, dengan ancaman hukuman hingga 15 tahun penjara dan denda maksimal Rp15 miliar. Selain itu, polisi berhasil menyelamatkan 25 calon pekerja migran yang menjadi korban, yang kini berada dalam pengawasan BP2MI.
Kasus TPPO melalui Bandara Soekarno-Hatta bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada November 2024, Polresta Bandara Soekarno-Hatta juga menangkap tiga pelaku yang hendak mengirim 28 WNI ke China dan Qatar secara ilegal. Selain itu, pada Oktober 2024, enam tersangka sindikat TPPO ditangkap dengan tujuan pengiriman korban ke berbagai negara, termasuk Thailand, Kamboja, Bahrain, Tunisia, Qatar, Arab Saudi, dan Oman.
Pihak kepolisian terus berupaya mengungkap jaringan lebih luas dan memastikan perlindungan terhadap para korban TPPO. Masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap tawaran pekerjaan ke luar negeri yang tidak melalui prosedur resmi dan segera melaporkan aktivitas mencurigakan terkait TPPO kepada pihak berwenang.
Source: Megapolitan Kompas
Komentar