Manyala.co – Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menegaskan pentingnya peran dua kebijakan strategis, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas) dan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), dalam mendukung tumbuh kembang anak Indonesia, baik secara fisik maupun mental.
Penegasan ini disampaikan dalam kegiatan doa bersama yang diadakan di Pondok Pesantren Al Baghdadi, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, hasil kerja sama antara Kemkomdigi dan pihak pesantren. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Komunikasi Publik Ditjen Komunikasi Publik dan Media, Bambang Dwi Anggono, menjelaskan bahwa PP Tunas dirancang untuk memberikan perlindungan maksimal bagi anak-anak di ruang digital yang semakin kompleks.
Menurut Bambang, perkembangan teknologi yang sangat cepat harus diiringi dengan literasi digital dan regulasi yang kokoh, guna menghindari risiko kerusakan karakter generasi muda akibat paparan konten negatif dan praktik perundungan siber.
“Perundungan digital dan konten berbahaya berisiko merusak mental serta karakter anak-anak kita. Karena itu, membangun ruang digital yang aman adalah tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, orang tua, maupun masyarakat luas,” tegas Bambang dalam keterangan resminya, Minggu malam (19/5), di Jakarta.
Selain menyentuh aspek perlindungan digital, Bambang juga menyoroti Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai langkah nyata pemerintah dalam memperbaiki gizi anak-anak Indonesia. Ia menyebut program ini sebagai bukti konkret komitmen negara dalam mendukung kesehatan generasi muda.
“Program ini tidak hanya fokus pada kesehatan fisik anak-anak, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental mereka. Ini bentuk perhatian langsung negara,” ujarnya.
Hingga Mei 2025, MBG telah menjangkau sekitar 3,4 juta anak di lebih dari 1.200 titik lokasi. Pemerintah menargetkan sebanyak 82,9 juta penerima manfaat akan tersentuh program ini hingga akhir tahun.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyatakan bahwa program MBG mencakup pelajar mulai dari tingkat PAUD hingga SMA, termasuk santri di pondok pesantren.
Dadan menjelaskan bahwa sekitar lima juta santri di lebih dari 30.000 pondok pesantren telah tercatat sebagai calon penerima manfaat. Pemerintah pun tengah menyiapkan infrastruktur pendukung di pesantren-pesantren besar dan menyusun sistem layanan yang fleksibel bagi pesantren kecil, agar mereka juga dapat menjangkau sekolah-sekolah di sekitarnya.
“Program ini merupakan langkah serius pemerintah dalam membangun generasi Indonesia yang sehat dan tahan banting. Tidak hanya sebagai intervensi kesehatan, MBG juga dirancang untuk menghidupkan roda perekonomian lokal,” kata Dadan.
Ia menambahkan, masyarakat dilibatkan secara aktif dalam penyediaan tenaga kerja dan pasokan bahan pangan, menjadikan program ini juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan warga setempat.
Dengan kehadiran kebijakan seperti PP Tunas dan MBG, pemerintah berupaya menciptakan perlindungan menyeluruh bagi anak-anak Indonesia baik di ruang digital maupun dalam aspek kehidupan sehari-hari demi membentuk generasi penerus yang kuat secara mental, sehat secara fisik, dan mandiri secara sosial.