Manyala.co – Setelah tiga tahun penuh perjuangan di tengah berbagai keterbatasan, pelatih asal Portugal, Bernardo Tavares, akhirnya memutuskan mundur dari kursi pelatih PSM Makassar. Keputusan ini sekaligus menandai berakhirnya era yang cukup berkesan bagi klub berjuluk Juku Eja tersebut sebuah periode yang penuh dengan dinamika, dedikasi, dan pengorbanan.
Tavares menjadi pelatih pertama yang mundur di ajang BRI Super League musim 2025/2026, padahal kompetisi baru bergulir tujuh pekan. Kepergiannya dianggap mengejutkan, sebab performa PSM justru mulai menunjukkan tren positif setelah sempat terseok di awal musim. Hingga pekan ketujuh, mereka berhasil mengoleksi tujuh poin dari satu kemenangan, empat hasil imbang, dan satu kekalahan.
Meski catatan itu belum impresif, banyak pihak menilai Tavares sejatinya tidak layak disalahkan. Masalah internal klub diyakini menjadi biang keladi tersendatnya performa Juku Eja. Dalam beberapa bulan terakhir, PSM kembali diterpa isu klasik: keterlambatan pembayaran gaji. Kondisi inilah yang disebut membuat sang pelatih mengalami tekanan mental hingga akhirnya memilih menepi.
Selain itu, skuad PSM juga tak berada dalam kondisi ideal. Yuran Fernandes, salah satu pilar asing, masih harus absen menjalani sisa hukuman atas komentarnya yang kontroversial pada musim sebelumnya. Sementara itu, klub juga tak dapat mendaftarkan pemain asing anyar akibat sanksi larangan transfer dari FIFA. Situasi ini membuat Tavares hanya bisa mengandalkan pemain-pemain muda dari akademi.
Menariknya, meski skuadnya didominasi oleh pemain U-23, Tavares tetap mampu menjaga daya saing tim. Dalam laga melawan tim promosi Persijap Jepara, PSM bermain imbang 1-1. Satu-satunya kekalahan mereka datang dari Persita Tangerang dengan skor 1-2 itulupun diwarnai protes terhadap keputusan wasit yang dinilai merugikan. Namun ketika menghadapi Persija Jakarta, Juku Eja menunjukkan tajinya dengan kemenangan 2-1 yang mengembalikan kepercayaan diri para pemain muda.
Sayangnya, kemenangan itu diikuti dengan masalah baru. Kapten tim, Yuran Fernandes, kembali mendapat sanksi karena menolak menyalami wasit sebelum laga kontra Persija. Aksi yang dinilai melanggar etika itu membuatnya dihukum larangan bermain empat pertandingan dan denda sebesar Rp50 juta. Kondisi tersebut semakin memperparah situasi tim yang sedang berjuang keluar dari tekanan.
Dalam konteks yang lebih luas, kepergian Bernardo Tavares dinilai menjadi kehilangan besar bagi sepak bola Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok pelatih yang konsisten memberi ruang bagi pemain muda untuk berkembang. Tidak sedikit pemain jebolan akademi PSM yang mendapat kesempatan tampil berkat keberanian Tavares mengorbitkan mereka di level tertinggi.
“Selama tiga tahun terakhir hanya Thomas Doll dan Bernardo Tavares yang konsisten memakai pemain muda dari pembinaan Akademi Persija dan PSM. Kontribusi mereka cukup besar bagi Timnas Indonesia,” ujar pengamat sepak bola asal Malang, Gusnul Yakin.
Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Pada musim-musim sebelumnya, baik Tavares maupun Doll memang sempat bersuara lantang mengenai padatnya jadwal akibat banyaknya pemain muda yang dipanggil Shin Tae-yong ke Timnas Indonesia. Meski keduanya sempat mengeluh, mereka tetap bangga karena hal itu menjadi bukti nyata keberhasilan pembinaan di klub masing-masing.
Kini, dengan kepergian Bernardo Tavares, PSM Makassar menghadapi babak baru yang penuh tanda tanya. Di satu sisi, klub harus mencari sosok pengganti yang mampu menjaga tradisi pembinaan pemain muda. Di sisi lain, mereka juga dituntut segera memperbaiki manajemen internal agar tragedi serupa tak terulang.
Bagi publik sepak bola tanah air, langkah mundur Tavares bukan sekadar berita biasa, melainkan penanda hilangnya satu figur yang berani melawan arus pelatih yang tetap percaya pada potensi pemain muda meski dikepung keterbatasan dan tekanan finansial yang tak kunjung usai.